Menjadi Ahli Gizi di dalam sebuah tim sepak bola merupakan salah satu impian saya sejak dulu kala. Meskipun tidak pernah punya karir professional sebagai pemain sepak bola, dan juga tidak tahu apa saja job description-nya, tetapi menurut saya menarik sih menjadi bagian dari sebuah tim cabang olahraga terpopuler sejagat raya ini.
Saking tertariknya, skripsi saya waktu kuliah S1 di Universitas Airlangga mengambil tema gizi olahraga pada cabang olahraga sepak bola. Awalnya, saya ingin melakukan penelitian di Persebaya Junior (U-20), namun ternyata proposal saya ditolak. Saat itu memang sedang musim kompetisi, sehingga semua klub sedang sibuk dan tidak ingin banyak intervensi dari pihak luar yang akan mengganggu program yang telah direncanakan.
Pada akhirnya saya tetap melakukan penelitian tentang gizi sepak bola, tetapi di tempat yang lain. Bagi teman-teman yang ingin membaca publikasi hasil penelitian saya tentang gizi sepak bola bisa mampir di sini.
Singkat cerita, alhamdulillah mimpi itu menjadi kenyataan. Pada pertengahan tahun 2020, kesempatan untuk bergabung di Tim Nasional Sepak Bola Indonesia U-19 sebagai Ahli Gizi datang. Waktu itu saya dengan senang hati menerima tawaran tersebut untuk mencari pengalaman sembari menunggu keberangkatan studi yang ditunda karena pandemi.
Seingat saya, Ahli Gizi terakhir yang turut berkontribusi di dalam Timnas Sepak Bola Indonesia adalah Ibu Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis Penggalih, S.Gz., MPH beserta kedua mahasiswa beliau dari Universitas Gadjah Mada pada 2013 silam. Saya banyak belajar tentang gizi olahraga kepada beliau.
Ketika saya bergabung, program Tim Nasional U-19 adalah dalam rangka mempersiapkan World Cup U-20 yang rencananya akan diselenggarakan di Indonesia pada Mei 2021. Meskipun pada akhirnya agenda Piala Dunia dibatalkan (karena pandemi), saya tetap bersyukur karena bukan hanya rasa bangga yang didapatkan, melainkan saya juga mendapatkan banyak pengalaman berharga yang tidak akan pernah terlupakan.
Buat apa ada Ahli Gizi?
Seiring dengan tingginya tuntutan fisik pemain sepak bola nasional, maka diperlukan strategi yang tepat agar performa, kesehatan, dan pemulihan selalu dalam kondisi yang optimal. Tuntutan-tuntutan tersebut membutuhkan kolaborasi dari semua pihak baik para pemain, pelatih maupun supporting team seperti dokter, psikolog, fisioterapis, masseur, dan tentunya gizi.
Berbicara tentang aspek gizi, dalam dunia olahraga (terutama di Indonesia) bidang ini masih relatif baru dibicarakan dibandingkan dengan bidang lainnya. Namun, saat ini peran gizi semakin diperhitungkan sebagai salah satu bagian penting dan integral dalam menentukan kesuksesan olahraga kompetitif.
Pengaturan gizi bukan hanya tentang memberikan menu makan sehat kepada individu atau tim. Apalagi cabang olahraga sepak bola yang berdurasi 90 menit dengan intensitas tinggi dan bisa bertanding setiap 2-3 hari sekali, maka proses pemulihan antar tanding merupakan hal yang sangat krusial. Pengaturan gizi yang tepat dapat membantu para pemain untuk:
- Memperbaiki komposisi tubuh
- Meningkatkan performa saat bertanding
- Mempercepat proses pemulihan pasca pertandingan
- Menjaga kondisi kesehatan selama sesi periodisasi latihan
Kegiatan sehari-hari di dalam tim
Pengalaman saya selama berada di dalam tim, aktivitas yang dilakukan dalam satu hari bisa dikatakan cukup padat. Bukan hanya saya saja sebagai ahli gizi, tetapi saya pikir para official yang lain pun juga merasakan hal yang sama. Dari bangun tidur sampai tidur lagi bertemu dengan orang-orang yang itu-itu saja. Jadi hampir tidak ada bedanya antara jam kerja dan jam istirahat, hari kerja dan hari libur.
Belum lagi karena urusannya adalah makanan, yang mana setiap orang butuh makan setidaknya tiga kali sehari, setiap hari, maka selama training camp (TC) itu berlangsung, selama itu pula setiap hari 24/7 saya akan selalu memantau makanan yang disediakan. Misalkan TC berlangsung selama tiga bulan, ya berarti selama tiga bulan tersebut makanan juga harus dipantau.
Tetapi alhamdulillah saya menikmati semua momen tersebut. Apalagi karena suasana kerja dengan tim yang sangat nyaman, sehingga nuansa kekeluargaan sangat kental terasa.
Aktivitas sudah dimulai sejak pagi hari. Setelah shalat shubuh, sekitar jam setengah 6 saya sudah berada di ruang medis tim. Di ruang medis inilah semua aktivitas terkait dengan kesehatan umum, recovery dan penanganan cedera dilakukan.
Di sana sudah tersedia alat pengukur tinggi badan, berat badan, dan komposisi tubuh yang telah dipersiapkan sejak awal program TC dimulai. Setiap pagi, para pemain harus menimbang berat badan di ruangan ini. Ya mirip-mirip lah dengan kegiatan posyandu. Hahaha…
Hasil penimbangan selalu dilaporkan setiap hari kepada pelatih sebelum latihan pagi (jika ada) atau sarapan dimulai. Menurut saya, penimbangan berat badan setiap pagi seperti ini baik untuk dilakukan.
Pertama, hasil pengukuran bisa menjadi parameter dan bahan analisis berbagai macam hal. Misalkan untuk mengetahui tren status gizi mingguan, atau apakah recovery melalui makanannya sudah cukup, apakah status hidrasinya sudah baik, atau apakah terjadi kenaikan atau penurunan berat badan yang signifikan dibandingkan hari kemarin.
Dari hasil laporan inilah (yang digabungkan dengan hasil asesmen yang lain) dapat diketahui apa intervensi yang perlu dilakukan. Misalkan dari segi gizi, pemain harus melakukan apa setelah mengetahui hasil tersebut. Hasil laporan ini juga (yang digabungkan dengan hasil laporan harian lainnya) merupakan salah sastu patokan pelatih dalam menentukan program latihan yang akan dilakukan pada hari itu.
Yang kedua, penimbangan setiap pagi juga menandakan bahwa aktivitas pada hari itu telah dimulai. Timbang berat badan termasuk di dalam program latihan, sehingga para pemain secara mental sudah diharuskan siap untuk menghadapi hari itu sejak pagi hari. Bahkan ada sanksi berupa denda jika pemain tidak atau terlambat menimbang berat badan di pagi hari itu.
Selain penimbangan berat badan harian, secara berkala juga dilakukan pengukuran komposisi tubuh. Biasanya pengukuran ini dilakukan pada awal program TC, tengah program, dan akhir program, tergantung durasi TC yang dilaksanakan. Komposisi tubuh yang diukur utamanya adalah kadar lemak dan massa otot. Ada target kadar lemak dan massa otot yang harus dicapai oleh masing-masing pemain.Hasil pengukuran komposisi tubuh ini bisa menjadi bahan analisis untuk program-program yang akan dilakukan, baik program gizi untuk saya dalam mengatur menu makan dan bahan edukasi, dan juga program latihan untuk pelatih. Pengukuran komposisi tubuh secara berkala di awal, tengah, dan akhir juga bisa menjadi bahan evaluasi tentang efektivitas program-program yang dilakukan selama TC berlangsung.
Jika ada jadwal latihan pagi, maka setelah penimbangan berat badan selesai yaitu jam 6 saya menuju ke ruang makan untuk mengecek snack pagi sebelum latihan. Aktivitas saya adalah memastikan bahwa makanan ringan telah tersedia sesuai dengan spesifikasi yang telah saya informasikan sebelumnya, baik jenis maupun jumlahnya. Snack pagi yang disediakan umumnya berupa makanan tinggi karbohidrat seperti roti dan pisang. Makanan ini dikonsumsi pemain sebelum berangkat ke lapangan.
Karbohidrat sangat penting dikonsumsi sebelum berlatih sebagai sumber energi utama. Apalagi jam latihan relatif sangat pagi dan dekat dengan jam bangun tidur. Tentu saja pemain tidak mengonsumsi apapun selama tidur malam sekitar 8 jam. Apabila diberikan sarapan pagi dengan menu lengkap, tubuh membutuhkan proses pencernaan yang lebih lama yaitu sekitar 2-3 jam sebelum dapat digunakan untuk berolahraga.
Sedangkan jika memiliki waktu yang sangat terbatas yaitu 30-60 menit sebelum berlatih, maka disarankan untuk mengonsumsi makanan dan minuman ringan tinggi karbohidrat agar lebih mudah dan cepat dicerna di dalam tubuh. Bayangkan, jam berapa mereka harus bangun pagi hanya untuk makan, jika harus sarapan dengan menu lengkap sebelum latihan jam 7 pagi?
Latihan pagi biasanya dimulai jam 7. Aktivitas yang saya lakukan adalah menyiapkan suplemen yang akan diminum setelah latihan. Suplemen ini berfungsi untuk proses pemulihan dan mengembalikan glikogen otot yang hilang selama berlatih.
Kenapa harus suplemen? Agar proses pemulihannya cepat. Setelah latihan tentu saja pemain tidak bisa langsung sarapan pagi. Pemain membutuhkan banyak waktu di antaranya untuk ganti baju, perjalanan naik bus menuju ke hotel, serta mandi dan bersih diri. Aktivitas-aktivitas tersebut sangat menyita waktu sehingga apabila menunggu jam makan, proses recovery melalui asupan gizi akan lebih lama tercapai.
Berbeda dengan jika menggunakan minuman suplemen, para pemain langsung bisa mengonsumsinya di lapangan seketika itu juga setelah sesi latihan berakhir. Selain itu, karena bentuknya berupa cairan, maka proses konsumsinya juga lebih cepat, begitu pula dengan proses penyerapannya di dalam pencernaan.
Jadwal makan ditetapkan oleh pelatih setiap hari, sehingga semua orang yang berada di dalam tim wajib makan bersama sesuai dengan jam yang telah ditentukan. Setelah latihan pagi, saya langsung menuju ke ruang makan sebelum jam makan dimulai untuk memeriksa item makanan satu per satu. Tidak boleh ada makanan yang terlewatkan sedikitpun. Apabila ada yang kurang, saya langsung bergerak untuk berkoordinasi dengan pihak hotel atau penyelenggara makanan.
Di hari pertama sebelum TC dimulai, saya biasanya berdiskusi dengan chef hotel atau pihak penyelenggara makanan untuk bersepakat tentang template makan, siklus menu, bahan yang harus ada, cara pengolahan dan penyajian, tata letak hidangan, pengaturan meja, pokoknya semua yang berhubungan dengan makanan dan ruang makan. Hasil kesepakatan inilah yang kemudian saya monitoring dan evaluasi pelaksanaannya setiap hari, setidaknya tiga kali sehari setiap jam makan.
Diskusi dan komunikasi juga dilakukan secara berkala apabila terjadi perubahan-perubahan yang diperlukan di tengah program TC. Misalkan penggantian menu, penambahan item karena perubahan jadwal latihan atau karena ada pertandingan, dan sebagainya.
Jika ada latihan pagi, maka setelah sarapan tidak ada kegiatan bersama. Biasanya saya gunakan waktu ini untuk bersih diri. Namun jika tidak ada jadwal latihan pagi, maka latihan pertama pada hari itu adalah setelah sarapan. Kegiatan yang saya lakukan di lapangan hampir sama yaitu menyiapkan suplemen dan memantau hidrasi para pemain.
Setelahnya, sekitar jam 1 siang adalah jam makan siang. Tugas yang saya lakukan juga sama yaitu mengecek makanan sebelum jam makan dimulai. Setelah makan siang, jika latihan pertama sebelum sarapan, maka kami bersiap diri untuk menjalani latihan kedua di lapangan setelah shalat ashar. Aktivitas tetap sama yaitu menyiapkan suplemen. Tetapi jika latihan pertama adalah setelah sarapan, maka tidak ada latihan sore.
Aktivitas dilanjutkan dengan makan malam sekitar jam 7 malam. Masih sama, tugas saya adalah memastikan bahwa makanan lengkap tersedia. Setelah makan malam, kami bersiap lagi untuk menghadapi sesi latihan ketiga. Tugas saya saat jam latihan tetap sama. Nah setelah latihan malam, saya kembali lagi ke ruang makan untuk menyiapkan snack setelah latihan malam.
Jadi total ada 2-3 kali latihan dan 3 kali makan utama, serta 2 kali makanan ringan. Umumnya saya baru bisa memejamkan mata minimal jam 11 malam. Besok harus bangun pagi lagi untuk menjalani rutinitas yang kurang lebih sama.
Seperti itulah gambaran aktivitas saya selama satu hari menjadi Ahli Gizi di Tim Nasional Sepak Bola Indonesia. Beberapa kegiatan kunci yang setiap hari saya lakukan di antaranya adalah pengukuran antropometri berat badan, tinggi badan, dan komposisi tubuh, lalu monitoring dan evaluasi penyelenggaraan makanan, serta menyediakan suplementasi dan memantau status hidrasi saat jam latihan.Kegiatan-kegiatan ini belum termasuk pekerjaan lain meliputi:
- Penggalian informasi gizi pemain satu per satu
- Analisis hasil asesmen sebagai bahan intervensi
- Membuat etiket makan dan materi edukasi untuk masing-masing pemain
- Melakukan asuhan gizi khusus jika ada kasus tertentu misalkan cedera, kadar lemak tinggi, massa otot kurang, dan berat badan kurang atau lebih.
Belum lagi jika ada kegiatan di luar rutinitas, misalkan ketika melakukan perjalanan jauh untuk TC di Kroasia dan Spanyol. Sensasi riweuh-nya menyiapkan perbekalan puluhan orang untuk berpuluh-puluh hari itu luar biasa. Belum lagi akan berbeda situasinya pada saat hari pertandingan, yang mana akan ada banyak tambahan aktivitas yang tidak dilakukan saat hari-hari biasa, misalkan belanja dan menyiapkan kebutuhan gizi untuk jam tanding.
Semoga sedikit cerita dari saya bisa menjadi gambaran untuk para pembaca, rekan-rekan ahli gizi, atau bahkan tim sepak bola dan cabang olahraga lain agar lebih memperhatikan gizi sebagai salah satu aspek penunjang prestasi olahraga. Atau bahkan barangkali ada yang mempunyai pengalaman berbeda tentang gizi di sebuah tim cabang olahraga tertentu? Agar bisa menjadi masukan untuk saya dan para pembaca yang lain, mari kita berdiskusi di kolom komentar…